Cari Blog Ini

Ilmu dan Akhlaq Ulama (5)

فَآثَارُهُمۡ بِتَوۡجِيهِ النَّاسِ إِلَى الۡخَيۡرِ وَإِرۡشَادِهِمۡ إِلَى الۡحَقِّ وَتَوۡصِيلِهِمۡ لِلۡهُدَى. وَهِيَ آثَارٌ عَظِيمَةٌ، شَكَرَهَا اللهُ لَهُمۡ وَشَكَرَهَا الۡمُؤۡمِنُونَ وَعَلَى رَأۡسِهِمُ الرُّسُلُ عَلَيۡهِمُ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ، فَهُمُ الهُدَاةُ وَالدُّعَاةُ وَهُمۡ أَعۡلَمُ النَّاسِ بِاللهِ وَبِشَرِيعَتِهِ، وَأَفۡضَلُ النَّاسِ بَعۡدَ الرُّسُلِ أَتۡبَعُهُمۡ لَهُمۡ وَأَعۡلَمُهُمۡ بِمَا جَاءُوا بِهِ وَأَكۡمَلُهُمۡ دَعۡوَةً إِلَيۡهِ وَصَبۡرًا عَلَيۡهِ وَإِرۡشَادًا إِلَيۡهِ، قَالَ - جَلَّ وَعَلاَ -: ﴿يَرۡفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنۡكُمۡ وَالَّذِينَ أُوتُوا الۡعِلۡمَ دَرَجَـٰتٍ﴾ المجادلة: ١١، وَقَالَ - سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى -: ﴿وَتِلۡكَ حُجَّتُنَآ ءَاتَيۡنَـٰهَآ إِبۡرَ‌ٰهِيمَ عَلَىٰ قَوۡمِهِۦ ۚ نَرۡفَعُ دَرَجَـٰتٍ مَّن نَّشَآءُ﴾ الأنعام : ٨٣. وَبَيَّنَ - عَزَّ وَجَلَّ - أَنَّ أَهۡلَ الۡعِلۡمِ هُمُ الَّذِينَ يَخۡشَوۡنَهُ عَلَى الۡحَقِيقَةِ وَالۡكَمَالِ وَإِنۡ كَانَتِ الۡخَشۡيَةُ مَوۡجُودَةً مِنَ الۡمُؤۡمِنِينَ عُمُومًا وَمِنۡ بَعۡضِ الآخَرِينَ، وَلَكِنۡ خَشۡيَةُ اللهِ عَلَى الۡكَمَالِ وَالۡحَقِيقَةِ لِلۡعُلَمَاءِ، وَعَلَى رَأۡسِهِمُ الرُّسُلُ عَلَيۡهِمُ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ، فَقَوۡلُهُ - سُبۡحَانَهُ -: ﴿إِنَّمَا يَخۡشَى اللهَ مِنۡ عِبَادِهِ الۡعُلَمَاءُ﴾ فاطر: ٢٨، يَعۡنِي الۡخَشۡيَةَ الۡكَامِلَةَ.
Jasa-jasa ulama adalah mengarahkan manusia kepada kebaikan, membimbing manusia kepada kebenaran, dan menyampaikan mereka kepada petunjuk. Ini adalah jasa-jasa yang sangat agung. Allah mensyukuri jasa-jasa itu untuk mereka, begitu juga kaum mukminin mensyukurinya. Pemimpin mereka adalah para rasul ‘alaihimush shalaatu wa salaam. Para ulama adalah para pembimbing dan para da’i, mereka orang yang paling berilmu terhadap Allah dan syari’atNya. Mereka seutama-utama manusia setelah para rasul dan paling mencontoh para rasul. Dan mereka paling berilmu dengan apa yang dibawa para rasul, paling sempurna berdakwah kepadanya, lalu bersabar atasnya, dan membimbing kepadanya. Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman (artinya), “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al Mujadilah: 11). Dan Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat.” (QS. Al An’aam: 83). Dan Allah ‘azza wa jalla menjelaskan bahwasanya ulama adalah orang yang takut kepada Allah secara hakiki dan sempurna. Walaupun takut itu ada pada diri kaum mukminin secara umum dan pada sebagian selain mereka, namun takut kepada Allah secara sempurna dan hakiki hanyalah dimiliki oleh ulama, dan pada pemimpin mereka, yaitu para rasul ‘alaihimush shalaatu wa salaam. Firman Allah subhanahu yang artinya, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Faathir: 28), yakni takut yang sempurna.

Ilmu dan Akhlaq Ulama (4)

وَقَدۡ شَرَّفَ اللهُ أَهۡلَ هَذَا الۡعِلۡمِ وَنَوَّهُ بِهِمۡ وَعَظَّمَ شَأۡنَهُمۡ - سُبۡحَانَهُ - وَاسۡتَشۡهَدَهُمۡ عَلَى تَوۡحِيدِهِ وَالإِخۡلاَصِ لَهُ حَيۡثُ قَالَ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ هُوَ وَالۡمَلَـٰئِكَةُ وَأُولُوا الۡعِلۡمِ قَآئِمًا بِالۡقِسۡطِ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ هُوَ الۡعَزِيزُ الۡحَكِيمُ﴾ آل عمران: ١٨. فَاسۡتَشۡهَدَ أَهۡلَ الۡعِلۡمِ عَلَى وَحۡدَانِيَّتِهِ مَعَ الۡمَلاَئِكَةِ فَالۡمَلاَئِكَةُ عَلَيۡهِمُ السَّلاَمُ وَأُولُوا الۡعِلۡمِ الشَّرۡعِيِّ هُمُ الشُّهَدَاءُ عَلَى تَوۡحِيدِ اللهِ وَالإِخۡلاَصِ لَهُ وَأَنَّهُ رَبُّ الۡعَالَمِينَ وَأَنَّهُ الإِلَهُ الۡحَقُّ وَأَنَّ الۡعِبَادَةَ لِغَيۡرِهِ بَاطِلَةٌ، وَكَفَى بِهَا شَرۡفًا لأَهۡلِ الۡعِلۡمِ حَيۡثُ اسۡتَشۡهَدَهُمۡ عَلَى وَحۡدَانِيَّتِهِ وَاسۡتِحۡقَاقِهِ لِلۡعِبَادَةِ - سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى - وَبَيَّنَ جَلَّ وَعَلاَ أَنَّهُمۡ لاَ يَسۡتَوُونَ مَعَ غَيۡرِهِمۡ بِقَوۡلِهِ - سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى﴿قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِى الَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَ يَعۡلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُوا الأَلۡبَابِ﴾ الزُّمَر: ٩، وَيَقُولُ - عَزَّ وَجَلَّ -: ﴿أَفَمَنۡ يَعۡلَمُ أَنَّمَا أُنۡزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَ الۡحَقُّ كَمَنۡ هُوَ أَعۡمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُوا الأَلۡبَابِ﴾ الرَّعۡد: ١٩.
فَلاَ يَسۡتَوِي هَؤُلاَءِ وَهَؤُلاَءِ، لاَيَسۡتَوِي مَنۡ يَعۡلَمُ أَنَّ مَا أَنۡزَلَ اللهُ هُوَ الۡحَقُّ وَهُوَ الۡهُدَى وَهُوَ طَرِيقُ السَّعَادَةِ مَعَ الَّذِينَ قَدۡ عَمُوا عَنۡ هَذَا الطَّرِيقِ وَعَنۡ هَذَا الۡعِلۡمِ، فَرۡقٌ عَظِيمٌ بَيۡنَ هَؤُلاَءِ وَهَؤُلاَءِ، فَرۡقٌ بَيۡنَ مَنۡ عَرَفَ الۡحَقَّ وَاسۡتَضَاءَ بِنُورِهِ وَسَارَ عَلَى هُدَاهُ إِلَى أَنۡ لَقِيَ رَبَّهُ وَفَازَ بِالۡكَرَامَةِ وَالسَّعَادَةِ وَبَيۡنَ مَنۡ عَمِيَ عَنۡ هَذَا الطَّرِيقِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَسَارَ فِي طَرِيقِ الشَّيۡطَانِ وَالۡهَوَى.
لاَ يَسۡتَوِي هَؤُلاَءِ وَهَؤُلاَءِ وَقَدۡ بَيَّنَ اللهُ - سُبۡحَانَهُ - أَنَّهُ يَرۡفَعُ دَرَجَاتِ أَهۡلِ الۡعِلۡمِ وَمَا ذَلِكَ إِلاَّ لِعَظِيۡمِ آثَارِهِمۡ فِي النَّاسِ وَنَفۡعِهِمۡ لَهُمۡ. وَلِهَذَا قَالَ أَهۡلُ الۡعِلۡمِ: مَا أَحۡسَنَ أَثَرَهُمۡ عَلَى النَّاسِ وَمَا أَقۡبَحَ آثَارَ النَّاسِ عَلَيۡهِمۡ.
Sungguh Allah telah memuliakan ahli ilmu ini dan memuji mereka, mengagungkan keadaan mereka, dan meminta persaksian mereka atas keesaanNya dan keikhlasan ibadah untukNya. Allah ‘azza wa jalla berfirman yang artinya, “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada sesembahan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali ‘Imron: 18). Maka Allah meminta persaksian ulama atas keesaanNya bersama dengan persaksian malaikat. Maka malaikat dan para ahli ilmu yang syar’i ini, mereka adalah saksi-saksi atas keesaan Allah dan keikhlasan ibadah untukNya, dan bahwa Allah itu Rabb alam semesta dan sesembahan yang benar, dan ibadah kepada selainNya adalah batil. Cukuplah hal ini sebagai keutamaan bagi para ulama, dimana Allah meminta persaksian mereka atas keesaanNya dan bahwa ibadah itu hanya layak untuk Allah semata. Allah jalla wa ‘ala juga telah menjelaskan bahwasanya mereka tidak sama dengan selain mereka, dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala yang artinya, “Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az Zumar: 9). Dan Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.” (QS. Ar Ra’d: 19).

Maka tidak sama di antara mereka, tidak sama orang yang mengetahui bahwa apa yang Allah turunkan adalah kebenaran, petunjuk, dan jalan kebahagiaan; dengan orang-orang yang buta dari jalan ini, buta dari ilmu ini. Ini perbedaan yang besar antara mereka, perbedaan antara orang yang mengenal kebenaran, mengambil cahaya ilmu, berjalan di atas petunjuk sampai dia berjumpa dengan Rabbnya, lalu dia memperoleh kemuliaan dan kebahagian; dan antara orang yang buta dari jalan ini, mengikuti hawa nafsunya, dan berjalan di jalan setan dan hawa nafsu.

Tidak sama di antara mereka. Sungguh Allah telah menjelaskan bahwa Dia mengangkat ulama beberapa derajat. Hal itu tidaklah disebabkan kecuali karena keagungan pengaruh mereka terhadap manusia dan manfaat mereka bagi manusia. Oleh karena itulah, ahli ilmu berkata, “Alangkah baiknya jasa mereka terhadap manusia, dan alangkah jeleknya balasan manusia kepada mereka.”

Ilmu dan Akhlaq Ulama (3)

وَهُوَ وَاضِحٌ وَيَتَفَاوَتُ فِي الۡفَضۡلِ بِحَسَبِ مُتَعَلِّقَاتِهِ، فَأَفۡضَلُهُ وَأَعۡظَمُهُ وَأَشۡرَفُهُ مَا يَتَعَلَّقُ بِاللهِ وَأَسۡمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَهُوَ عِلۡمُ الۡعَقِيدَةِ. فَإِنَّ اللهَ جَلَّ وَعَلاَ لَهُ الۡمَثَلُ الأَعۡلَى سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى وَهُوَ الۡوَصۡفُ الأَعۡلَى مِنۡ جَمِيعِ الۡوُجُوهِ فِي ذَاتِهِ وَأَسۡمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَأَفۡعَالِهِ.
ثُمَّ يَلِي ذَلِكَ مَا يَتَعَلَّقُ بِحَقِّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا شَرَعَهُ مِنَ الأَحۡكَامِ وَمَا يَنۡتَهِي إِلَيۡهِ الۡعَامِلُونَ، ثُمَّ مَا يَتۡبَعُ ذَلِكَ مِمَّا يُعِينُ عَلَيۡهِ وَيُوَصِّلُ إِلَيۡهِ مِنۡ عِلۡمِ قَوَاعِدِ الۡعَرَبِيَّةِ وَالۡمُصۡطَلَحَاتِ الإِسۡلاَمِيَّةِ فِي أُصُولِ الۡفِقۡهِ وَمُصۡطَلَحِ الۡحَدِيثِ، وَفِي غَيۡرِ ذَلِكَ مِمَّا يَتَعَلَّقُ بِذَلِكَ الۡعِلۡمِ وَيُعِينُ عَلَيۡهِ وَعَلَى فَهۡمِهِ وَالۡكَمَالِ فِيهِ.
وَيَلۡتَحِقُ بِذَلِكَ عِلۡمُ السِّيرَةِ النَّبَوِيَّةِ وَالتَّارِيخِ الإِسۡلاَمِيِّ وَتَرَاجِمِ رِجَالِ الۡحَدِيثِ وَأَئِمَّةِ الإِسۡلاَمِ وَيَلۡتَحِقُ بِذَلِكَ كُلُّ مَا لَهُ صِلَةٌ بِهَذَا الۡعِلۡمِ.
Dan ini adalah perkara yang jelas. Ilmu ini bertingkat-tingkat di dalam keutamaan sesuai dengan keterkaitan-keterkaitannya. Ilmu yang paling utama, paling agung, dan paling mulia adalah ilmu yang berkaitan dengan Allah, nama-namaNya, sifat-sifatNya, yaitu ilmu ‘aqidah. Sesungguhnya Allah jalla wa ‘ala memiliki sifat yang paling tinggi - subhanahu wa ta’ala -, yaitu sifat yang paling tinggi dari segala sisi-sisi di dalam dzatNya, nama-namaNya, sifat-sifatNya, dan perbuatan-perbuatanNya.
Tingkatan ilmu setelahnya adalah ilmu yang berkaitan dengan hakNya atas semua hambaNya. Ilmu tentang hukum-hukum yang Allah syari’atkan, ilmu tentang perkara yang orang-orang beramal akan berakhir kepadanya. Kemudian, ilmu yang berikutnya adalah ilmu yang dapat membantu atas perkara-perkara tersebut dan mengantarkan kepadanya, berupa ilmu kaidah-kaidah bahasa Arab, pembahasan-pembahasan islami di dalam ushul fiqh, dan musthalah hadits. Dan di dalam selain itu dari ilmu yang berkaitan dengan ilmu tersebut, dan membantu atasnya, memahaminya, dan menyempurnakannya.
Ilmu yang setelahnya berupa ilmu sirah nabawiyyah, sejarah islam, biografi-biografi para periwayat hadits dan imam-imam Islam. Dan ilmu yang mengikutinya yaitu setiap ilmu yang memiliki hubungan dengan ilmu agama ini.

Ilmu dan Akhlaq Ulama (2)

هَذَا الۡعِلۡمُ الشَّرۡعِيُّ هُوَ أَفۡضَلُ الۡعُلُومِ وَهُوَ الۡجَدِيرُ بِالطَّلَبِ وَالۡحِرۡصِ عَلَى تَحۡصِيلِهِ لأَنَّهُ بِهِ يُعۡرَفُ اللهُ سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى وَبِهِ يُعۡبَدُ.
وَبِهَذَا الۡعِلۡمِ يُعۡرَفُ مَا أَحَلَّ اللهُ وَمَا حَرَّمَ وَمَا يُرۡضِيهِ وَمَا يُسۡخِطُهُ، وَبِهَذَا الۡعِلۡمِ يُعۡرَفُ الۡمَصِيرُ إِلَيۡهِ وَالنِّهَايَةُ مِنۡ هَذِهِ الۡحَيَاةِ، وَأَنَّ قِسۡمًا مِنۡ هَؤُلاَءِ الۡمُكَلَّفِينَ يَنۡتَهُونَ إِلَى الۡجَنَّةِ وَالسَّعَادَةِ، وَأَنَّ الآخَرِينَ وَهُمُ الأَكۡثَرُونَ يَنۡتَهُونَ إِلَى دَارِ الۡهَوَانِ وَالشَّقَاءِ، وَقَدۡ نَبَّهَ أَهۡلُ الۡعِلۡمِ عَلَى هَذَا وَبَيَّنُوا أَنَّ الۡعِلۡمَ يَنۡحَصِرُ فِي هَذَا الۡمَعۡنَى، وَمِمَّنۡ نَبَّهَ عَلَيۡهِ الۡقَاضِي ابۡنُ أَبِي الۡعِزِّ شَارِحُ الطَّحَاوِيَّةِ فِي أَوَّلِ شَرۡحِهِ، وَنَبَّهَ عَلَيۡهِ غَيۡرُهُ كَابۡنِ الۡقَيِّمِ وَشَيۡخِ الإِسۡلاَمِ ابۡنِ تَيۡمِيَّةَ وَجَمَاعَةِ آخَرِينَ.


Ilmu syar’i ini adalah seutama-utama ilmu dan ilmu inilah yang sepantasnya dicari dan diusahakan untuk diperoleh, karena dengan ilmu inilah Allah subhanahu wa ta’ala dikenal dan diibadahi.
Dengan ilmu ini pula diketahui hal-hal yang Allah halalkan dan haramkan, perkara-perkara yang membuat Allah ridha dan yang membuat Allah murka. Dengan ilmu ini pula diketahui tempat kita kembali dan akhir dari kehidupan ini, sesungguhnya satu golongan dari para mukallaf (yang dikenai beban syari’at) ada yang berakhir ke surga dan kebahagiaan, dan selainnya -yang mereka ini paling banyak- berakhir ke negeri kehinaan dan penderitaan. Dan sungguh ulama telah memperingatkan hal ini dan menjelaskan bahwa ilmu ini terbatas pada makna ini. Di antara ulama yang telah memperingatkan hal ini adalah Al Qadhi Ibnu Abil ‘Izz, pensyarah kitab Ath Thohawiyah di permulaan syarahnya. Ulama lain juga telah memperingatkan atasnya, seperti Ibnul Qayyim, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, dan ulama-ulama lainnya.

Ilmu dan Akhlaq Ulama (1)

اَلۡعِلۡمُ وَأَخۡلاَقُ أَهۡلِهِ

سَمَاحَةُ الشَّيۡخِ
عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ بَازٍ


اَلۡحَمۡدُ لِلهِ رَبِّ الۡعَالَمِينَ وَالۡعَاقِبَةُ لِلۡمُتَّقِينَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى عَبۡدِهِ وَرَسُولِهِ وَخِيرَتِهِ مِنۡ خَلۡقِهِ وَأَمِينِهِ عَلَى وَحۡيِهِ نَبِيِّنَا وَإِمَامِنَا مُحَمَّدِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحۡبِهِ وَمَنۡ سَلَكَ سَبِيلَهُ إِلَى يَوۡمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعۡدُ:
فَإِنَّ الۡعِلۡمَ مَعۡلُومٌ لَدَى الۡجَمِيعِ فَضۡلُهُ، وَأَنَّ أَشۡرَفَ شَيۡءٍ يَطۡلُبُهُ الطَّالِبُونَ، وَيَسۡعَى فِي تَحۡصِيلِهِ الرَّاغِبُونَ هُوَ الۡعِلۡمُ الشَّرۡعِيُّ، فَإِنَّ الۡعِلۡمَ يُطۡلَقُ عَلَى أَشۡيَاءَ كَثِيرَةٍ وَلَكِنۡ عِنۡدَ عُلَمَاءِ الإِسۡلاَمِ: ((اَلۡمُرَادُ بِالۡعِلۡمِ عِنۡدَ الإِطۡلاَقِ هُوَ الۡعِلۡمُ الشَّرۡعِيُّ))، وَهُوَ الۡمُرَادُ فِي كِتَابِ اللهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ ﷺ عِنۡدَ الإِطۡلاَقِ، وَهُوَ الۡعِلۡمُ باللهِ وَبِأَسۡمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَالۡعِلۡمُ بِحَقِّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَبِمَا شَرَعَهُ لَهُمۡ سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى وَالۡعِلۡمُ بِالطَّرِيقِ وَالصِّرَاطِ الۡمُوَصِّلِ إِلَيۡهِ وَتَفَاصِلِهِ وَالۡعِلۡمُ بِالۡغَايَةِ وَالنِّهَايَةِ الَّتِي يَنۡتَهِي إِلَيۡهَا الۡعِبَادُ فِي الدَّارِ الآخِرَةِ.

Segala pujian hanya untuk Allah Rabbul 'alamin, dan kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Sholawat dan salam kepada hamba, rasul, dan pilihanNya dari makhlukNya, dan kepercayaanNya Muhammad bin Abdullah, dan kepada keluarganya dan yang mengikuti jalannya sampai hari kiamat.

Amma ba'du.

Sesungguhnya ilmu yang diketahui keutamaannya di sisi manusia dan hal yang paling mulia yang dicari oleh para pencari dan orang-orang yang berharap berusaha untuk memperolehnya adalah ilmu syar'i. Ilmu itu bisa diartikan umum pada banyak perkara, namun menurut ulama Islam, yang diinginkan ilmu jika disebutkan secara umum adalah ilmu syar'i. Inilah yang dimaukan di dalam kitab Allah dan sunnah Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam jika disebutkan secara umum. Ilmu itu adalah ilmu tentang Allah, nama-namaNya, sifat-sifatNya. Dan ilmu tentang hak Allah atas hamba-hambaNya dan tentang hal-hal yang Allah subhanahu wa ta'ala syariatkan bagi mereka. Dan ilmu tentang metode dan jalan yang menyampaikan kepadanya, dan perincian-perinciannya. Dan ilmu tentang puncak dan tempat akhir para hamba, yaitu di negeri akhirat.