Cari Blog Ini

Ikrimah, Penunggang Kuda yang Berhijrah

Sejak awal kemunculan Islam, manusia terbagi menjadi kelompok yang membenarkan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam serta kelompok yang menentangnya. Kaum mukminin kala itu begitu kokoh dalam mempertahankan keimanan. Sebaliknya kaum-kaum pembangkangnya juga begitu getol melancarkan permusuhannya. Termasuk di antara yang menjadi pemimpin dalam memusuhi Islam kala itu adalah Abu Jahal dan anaknya, Ikrimah.

Tak segan-segan mereka memusuhi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabat beliau dengan lisan dan perbuatan. Saat pertama kali terjadi peperangan antara muslim dan musyrikin, keduanya termasuk pemeran utama di barisan musyrikin. Hingga akhirnya Abu Jahal tewas dalam peperangan tersebut. Ikrimah begitu benci terhadap Islam dan berusaha menghancurkannya dalam pertempuran-pertempuran selanjutnya.

Lalu, Allah berkehendak untuk memberikan Makkah ke tangan kaum muslimin. Ikrimah lari, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengizinkan untuk membunuhnya bersama sembilan orang lainnya. Melihat ancaman mati dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ini, Ikrimah melarikan diri ke Yaman.

Adapun kaum Quraisy di Makkah, di antara mereka ada yang dengan sukarela masuk ke dalam Islam, dan sebagiannya belum mau masuk Islam namun tunduk kepada kaum muslimin. Di antara yang masuk Islam adalah Ummu Hakim, istri Ikrimah. Ummu Hakim pun memintakan suaka (perlindungan) untuk Ikrimah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengabulkannya. Berangkatlah Ummu Hakim menyusul suaminya dan mendapatkannya hendak berlayar ke Yaman. “Sesungguhnya aku telah meminta jaminan keselamatan untukmu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” kata Ummu Hakim.

“Engkau telah melakukannya?” Kata Ikrimah setengah tidak percaya.

Istrinya menjawab, “Ya, aku telah berbicara dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan meminta jaminan keselamatan untukmu. Dan beliau memberikan jaminan keselamatan itu untukmu!”

Pulanglah Ikrimah beserta Ummu Hakim menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebelumnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada para sahabat, “Ikrimah bin Abu Jahal akan datang ke tengah-tengah kalian semua sebagai mukmin dan muhajir. Maka janganlah kalian mencela ayahnya, karena mencela orang yang sudah mati dapat menyakitkan orang yang masih hidup.”

Tak berapa lama, Ikrimah dan istrinya tiba di majelis Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah pun menyambutnya dan mengatakan:
مَرۡحَبًا بِالرَّاكِبِ الۡمُهَاجِرِ
“Selamat datang, pengendara yang berhijrah.” Beliau berdiri menyambutnya, meluaskan kain untuknya, dan menyambutnya dengan sebaik-baiknya. Di hadapan beliau, Ikrimah mengucapkan syahadat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun mendoakannya, “Ya Allah ampunilah setiap permusuhan yang dilakukannya terhadapku, setiap jejak langkahnya yang ia inginkan untuk memadamkan cahaya-Mu. Ampunilah perkataan yang diucapkan guna merendahkan martabatku, baik ketika dia berada di hadapanku maupun tidak di hadapanku.”

IKRIMAH DAN KEHIDUPAN SETELAH ISLAM


Seringkali dia menangis dengan air mata berlinang merenungi ayat-ayat suci Al Quran yang dibacanya. Senantiasa mengingat masa-masa di mana ia membenci dan memerangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau juga mengingat peristiwa Badar, lalu bersyukur kepada Allah yang menyelamatkan beliau dari kematian. Karena dalam peristiwa itu, beliau masih termasuk di barisan kaum musyrikin.

Beliau pun menggabungkan diri dalam setiap pasukan perang kaum muslimin di barisan paling depan menyertai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam semasa beliau masih hidup dan beliau melanjutkan perjuangan jihad tersebut setelah meninggalnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ia telah berjanji di hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Demi Allah, tak sepeser pun dana yang telah saya keluarkan untuk memusuhi agama Allah di masa lalu, melainkan mulai saat ini saya tebus dengan mengorbankan hartaku berlipat ganda demi agama Allah. Tak ada seorang pun mukmin yang gugur di tanganku, melainkan akan kutebus dengan membunuh kaum musyrikin berlipat ganda.” ujar Ikrimah.

Ikrimah pernah ditugaskan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjadi pemungut zakat dari Bani Hawazin ketika beliau shallallahu 'alaihi wa sallam sedang berhaji. Bahkan ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam wafat, ia sedang mengemban tugas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di daerah Talabah, sebuah kota di Yaman yang cukup terkenal. Saat kekhalifahan Abu Bakar radhiyallahu 'anhu, beliau pernah ditugaskan untuk menumpas kaum murtad saat munculnya Musailamah Al Kadzdzab. Lalu ke negeri Oman serta Yaman kemudian sampai ke negeri Syam dalam rangka berjihad fi sabilillah. Sampai akhirnya beliau terbunuh dalam perang Yarmuk di masa khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu.

Kisah tentang kematian Ikrimah sungguh mencengangkan. Beliau telah menunjukkan begitu kuatnya keimanan dan kegigihan beliau dalam membela Islam. Beliau mengatakan kepada Khalid bin Walid, “Biarkan saya menebus dosa-dosa yang telah lalu. Saya telah memerangi Rasulullah dalam beberapa medan peperangan. Pantaskah setelah masuk Islam saya lari dari tentara Romawi ini? Tidak! Sekali-kali tidak!” Kemudian ia berteriak, “Siapakah yang berani berbaiat untuk mati bersama saya?” Beberapa orang segera melompat ke samping Ikrimah. Ada sekitar 400 orang yang menyambut seruan Ikrimah tersebut. Di antara mereka adalah paman beliau Harits bin Hisyam, dan juga Dhirar bin Al-Azwar. Kemudian mereka pun menerjang ke depan, menghalau pasukan lawan yang terus maju. Akhirnya, seluruh pasukan berani mati itu terbunuh kecuali Dhirar bin Azwar. Allah pun menganugerahkan kemenangan atas kaum muslimin. Pasukan Romawi yang berjumlah 100 ribu sampai 125 ribu tersebut berhasil dikalahkan oleh pasukan muslimin yang jauh lebih sedikit. Perang pun selesai. Ikrimah tergeletak terkena 70 tikaman di dadanya, sedang di sampingnya ada Al-Harits bin Hisyam dan Ayyasy bin Abi Rabi'ah. Al-Harits memanggil-manggil meminta air, namun ia melihat Ikrimah sangat kehausan maka ia berkata: “Berikanlah air kepada Ikrimah.” Ikrimah melihat Ayyasy bin Abi Rabi'ah juga sangat kehausan, lalu ia berkata, “Berikanlah air kepada Ayyasy.” Ketika air hampir diberikan, Ayyasy sudah tidak bernyawa. Para pemberi air dengan cepat menuju Ikrimah dan Al-Harits, namun keduanya pun sudah tiada. Betapa mengagumkan sikap itsar (mendahulukan orang lain) mereka ini walaupun di saat-saat kritis. Sungguh kita tidak dapat mencapai derajat tinggi sebagaimana yang mereka capai. Allah telah menjadikan mereka termasuk manusia-manusia yang paling berjasa untuk masuknya Islam ke negeri-negeri di wilayah Syam dan sekitarnya.

Ikrimah bin Abi Jahal Amr bin Hisyam bin Al Mughirah bin Abdillah bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah bin Kaab bin Luhai Al Qurasyi Al Makhzumi, telah wafat dengan meninggalkan kenangan yang mengagumkan untuk kaum muslimin. Beliau masuk Islam di tahun kedelapan, setelah penaklukan Makkah, dan meninggal di tahun 13 H di masa kekhalifahan Umar bin Al Khaththab radhiyallahu 'anhu. Terjadi silang pendapat antara ulama mengenai tahun wafatnya beliau. Sebagian berpendapat beliau meninggal dalam pertempuran Ajnadain, di daerah Palestina saat bertempur melawan pasukan Romawi pada zaman Khalifah Abu Bakar. Tetapi sebagian ulama menyatakan bahwa Ikrimah meninggal pada pertempuran Yarmuk pada zaman Khalifah Umar bin Khaththab. Sebagian lain berpendapat beliau meninggal di Marajus Safri, pada tahun ke-13 Hijriyah, tahun yang sama dengan peristiwa Janadain. Beliau saat itu berumur 62 tahun. Semoga Allah merahmati beliau. [Hammam]

Sumber: Majalah Tashfiyah, edisi 38 volume 04 1435H-2014M, rubrik Figur.