Cari Blog Ini

At-Tuhfatul Wushabiyyah - Isim-isim yang Dikhafdh

الۡمَخۡفُوضَاتُ

قَالَ: (بَابُ: الۡمَخۡفُوضَاتِ مِنَ الۡأَسۡمَاءِ) الۡمَخۡفُوضَاتُ ثَلَاثَةُ أَنۡوَاعٍ: مَخۡفُوضٌ بِالۡحَرۡفِ، وَمَخۡفُوضٌ بِالۡإِضَافَةِ، وَتَابِعٌ لِلۡمَخۡفُوضِ.
Bab Isim-isim yang Dikhafdh. Isim-isim yang dikhafdh ada tiga macam: dikhafdh karena huruf, dikhafdh karena idhafah, dan mengikuti isim yang dikhafdh.
أَقُولُ: الۡمَخۡفُوضَاتُ –عَلَى الۡمَشۡهُورِ- تَنۡقَسِمُ إِلَى ثَلَاثَةِ أَقۡسَامٍ:
الۡأَوَّلُ: مَخۡفُوضٌ بِالۡحَرۡفِ، وَهُوَ الۡأَصۡلُ وَلِهٰذَا قَدَّمَهُ وَمِثَالُهُ (مَرَرۡتُ بِزَيۡدٍ) فَـ(زَيۡدٌ) مَخۡفُوضٌ بالۡحَرۡفِ وَهُوَ (الۡبَاءُ).
الثَّانِي: مَخۡفُوضٌ بِالۡإِضَافَةِ، نَحۡوُ: (جَاءَ غُلَامُ زَيۡدٍ) فَـ(زَيۡدٍ) مَخۡفُوضٌ بِالۡإِضَافَةِ وَهِيَ: نِسۡبَةُ الۡأَوَّلِ لِلثَّانِي، وَهَٰذَا الۡقَوۡلُ ضَعِيفٌ، وَالصَّحِيحُ أَنَّهُ مَخۡفُوضٌ بِالۡمُضَافِ وَهُوَ (غُلَامُ)، لَا بِالۡإِضَافَةِ.
الثَّالِثُ: مَخۡفُوضٌ بِالتَّبَعِيَّةِ نَحۡوُ: (مَرَرۡتُ بِزَيۡدٍ الۡعَاقِلِ) فَـ(الۡعَاقِلِ) نَعۡتٌ لِـ(زَيۡدٍ) وَنَعۡتُ الۡمَخۡفُوضِ مَخۡفُوضٌ مِثۡلُهُ، وَالَّذِي عَمِلَ فِيهِ الۡخَفۡضَ هُوَ تَبَعِيَّتُهُ لِـ(زَيۡدٍ)، وَهَٰذَا الۡقَوۡلُ ضَعِيفٌ أَيۡضًا، وَالصَّحِيحُ أَنَّهُ مَخۡفُوضٌ بِالۡحَرۡفِ الَّذِي خَفَضَ الۡمَتۡبُوعَ فَهُوَ مَخۡفُوضٌ هُنَا بِـ(الۡبَاءِ) الَّتِي خَفَضَتۡ (زَيۡدًا)، لَا بِالتَّبَعِيَّةِ.
فَالۡحَاصِلُ مِمَّا تَقَدَّمَ أَنَّ الۡمَخۡفُوضَاتِ قِسۡمَانِ فَقَطۡ: مَخۡفُوضٌ بِالۡحَرۡفِ، وَمَخۡفُوضٌ بِالۡمُضَافِ.
Isim-isim yang dikhafdh –menurut pendapat yang masyhur- terbagi menjadi tiga bagian:
  1. Dikhafdh dengan sebab huruf, dan ini adalah yang pokok. Oleh karenanya beliau mendahulukannya. Contohnya مَرَرۡتُ بِزَيۡدٍ (Aku melewati Zaid). زَيۡدٌ dikhafdh karena huruf yaitu huruf ba`.
  2. Dikhafdh dengan sebab idhafah, contoh: جَاءَ غُلَامُ زَيۡدٍ (Budaknya Zaid telah datang). زَيۡدٍ dikhafdh dengan sebab idhafah, yaitu: penyandaran yang pertama kepada yang kedua. Namun ini adalah pendapat yang lemah. Yang sahih bahwa ia adalah isim yang dikhafdh dengan sebab mudhaf yaitu غُلَامُ, bukan karena idhafah.
  3. Dikhafdh dengan sebab taba’iyyah (pengikutan), contoh: مَرَرۡتُ بِزَيۡدٍ الۡعَاقِلِ (Aku melewati Zaid yang berakal). الۡعَاقِلِ adalah na’at kepada Zaid, dan na’at isim yang dikhafdh adalah dikhafdh juga. Yang beramal khafdh adalah pengikutannya kepada Zaid. Namun ini juga pendapat yang lemah. Yang sahih bahwasanya ia dikhafdh dengan sebab huruf yang telah mengkhafdhkan isim yang diikuti. Di contoh ini, ia dikhafdh dengan sebab huruf ba` yang telah mengkhafdh Zaid, bukan karena taba’iyyah.
Kesimpulannya, bahwa isim yang dikhafdh terbagi menjadi dua saja: dikhafdh karena huruf dan dikhafdh karena mudhaf.
تَنۡبِيهٌ: الۡخَفۡضُ عِبَارَةُ الۡكُوفِيِّينَ، وَالۡجَرُّ عِبَارَةُ الۡبَصۡرِيِّينَ، وَمُؤَدَّاهُمَا وَاحِدٌ، وَلَا مُشَاحَّةَ فِي الۡاصۡطِلَاحِ، وَهَٰذَا التَّنۡبِيهُ قَدۡ تَقَدَّمَ فِي عَلَامَاتِ الۡاسۡمِ، وَأُعِدۡتُهُ هُنَا لِمُنَاسَبَتِهِ لِهَٰذَا الۡبَابِ.
Peringatan: Khafdh adalah ungkapan ahli nahwu Kufah dan jar adalah ungkapan ahli nahwu Bashrah. Namun maknanya sama dan tidak ada pertentangan dalam istilah. Peringatan ini telah berlalu di tanda-tanda isim dan saya ulang di sini karena sesuai untuk bab ini.

Lihat pula: