Cari Blog Ini

Taisirul 'Allam - Hadits ke-3

الۡحَدِيثُ الثَّالِثُ

٣ – عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَمۡرِو بۡنِ الۡعَاصِ، وَأَبِي هُرَيۡرَةَ، وَعَائِشَةَ[1] رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنۡهُمۡ قَالُوا: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (وَيۡلٌ لِلۡأَعۡقَابِ مِنَ النَّارِ)[2].
3. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, Abu Hurairah, dan ‘Aisyah radhiyallahu ta’ala anhum, mereka mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celaka tumit-tumit itu dari api neraka.”

غَرِيبُ الۡحَدِيثِ:

(الۡوَيۡلُ) الۡعَذَابُ وَالۡهَلَاكُ. وَالۡوَيۡلُ: مَصۡدَرٌ لَا فِعۡلَ لَهُ مِنۡ لَفۡظِهِ.
(وَالۡأَعۡقَاب) جَمۡعُ (عَقِبٍ) وَهُوَ مُؤَخَّرُ الۡقَدَمِ، وَالۡمُرَادُ أَصۡحَابُهَا.
وَ(ألـ) فِي (الۡأَعۡقَابِ) لِلۡعَهۡدِ أَيۡ الۡأَعۡقَابُ الَّتِي لَا يَنَالُهَا الۡمَاءُ، وَبِهَٰذَا يَسۡتَقِيمُ الۡوَعِيدُ.

Kosakata asing dalam hadits:

  1. Al-Wail” adalah siksa dan kebinasaan. Al-Wail adalah mashdar yang tidak memiliki fi’il dari lafazhnya.
  2. Al-A’qab” bentuk jamak dari ‘aqib adalah bagian belakang telapak kaki. Yang dimaksud adalah orangnya.
  3. Huruf alif lam pada “al-a’qab” adalah untuk menentukan, yakni tumit-tumit yang tidak terkena air. Sehingga dalam hal inilah ancaman hadis tersebut ditujukan.

الۡمَعۡنَى الۡإِجۡمَالِي:

يُحَذِّرُ النَّبِيُّ ﷺ مِنَ التَّهَاوُنِ بِأَمۡرِ الۡوُضُوءِ وَالتَّقۡصِيرِ فِيهِ، وَيَحُثُّ عَلَى الۡاعۡتِنَاءِ بِإِتۡمَامِهِ.
وَلَمَّا كَانَ مُؤَخَّرُ الرِّجۡلِ –غَالِبًا- لَا يَصِلُ إِلَيۡهِ مَاءُ الۡوُضُوءِ، فَيَكُونُ الۡخَلَلُ فِي الطَّهَارَةِ وَالصَّلَاةِ مِنۡهُ، أَخۡبَرَ أَنَّ الۡعَذَابَ مُنۡصَبٌّ عَلَيۡهِ وَعَلَى صَاحِبِهِ الۡمُتَهَاوِنِ فِي طَهَارَتِهِ الشَّرۡعِيَّةِ.

Makna secara umum:

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan dari bermudah-mudahan dalam perkara wudu dan meremehkannya. Bahkan beliau menganjurkan agar diperhatikan kesempurnaannya. Karena bagian belakang kaki sering tidak terkena air wudu, sehingga dapat menyebabkan cacat dalam taharah dan salatnya; beliau mengabarkan bahwa azab ditujukan pada hal itu dan pada pelakunya yang bermudah-mudahan dalam bersuci yang syar’i.

مَا يُؤۡخَذُ مِنَ الۡحَدِيثِ:

١ – وُجُوبُ الۡاعۡتِنَاءِ بِأَعۡضَاءِ الۡوُضُوءِ، وَعَدَمُ الۡإِخۡلَالِ بِشَيۡءٍ مِنۡهَا. وَقَدۡ نَصَّ الۡحَدِيثُ عَلَى الۡقَدَمَيۡنِ وَبَقِيَّةِ الۡأَعۡضَاءِ مَقِيسَةً عَلَيۡهِمَا. مَعَ وُجُودِ نُصُوصٍ لَهَا.
٢ – الۡوَعِيدُ الشَّدِيدُ لِلۡمُخِلِّ فِي وُضُوئِهِ.
٣ – أَنَّ الۡوَاجِبَ فِي الرِّجۡلَيۡنِ الۡغُسۡلُ فِي الۡوُضُوءِ، وَهُوَ مَا تَضَافَرَتۡ عَلَيۡهِ الۡأَدِلَّةُ الصَّحِيحَةُ، وَإِجۡمَاعُ الۡأُمَّةِ، خِلَافًا لِشُذُوذِ الشِّيعَةِ الَّذِينَ خَالَفُوا بِهِ جَمَاهِيرُ الۡأُمَّةِ، وَخَالَفُوا بِهِ الۡأَحَادِيثَ الثَّابِتَةَ فِي فِعۡلهِ وَتَعۡلِيمِهِ ﷺ لِلصَّحَابَةِ إِيَّاهُ، كَمَا خَالَفُوا الۡقِيَاسَ الۡمُسۡتَقِيمَ مِنۡ أَنَّ الۡغُسۡلَ لِلرِّجۡلَيۡنِ أَوۡلَى وَأَنۡقَى مِنَ الۡمَسۡحِ، فَهُوَ أَشَدُّ مُنَاسَبَةً وَأَقۡرَبُ إِلَى الۡمَعۡنَى.

Kesimpulan hadits ini:

  1. Wajibnya memperhatikan anggota-anggota tubuh dan tidak boleh ada yang terlewat sedikit pun darinya. Hadis ini telah menjelaskan dua telapak kaki secara khusus, adapun anggota tubuh wudu lainnya dikiaskan kepadanya. Namun, sebenarnya telah ada nas-nas yang menjelaskan anggota tubuh wudu lainnya.
  2. Ancaman yang keras untuk orang yang tidak menyempurnakan wudunya.
  3. Bahwa yang wajib untuk dua kaki adalah dicuci ketika wudu. Dan kewajiban ini didukung oleh dalil-dalil yang sahih dan kesepakatan umat. Berbeda dengan keganjilan kelompok Syi’ah yang mana mereka menyelisihi mayoritas umat. Mereka juga menyelisihi hadis-hadis yang telah pasti mengenai dilakukannya hal ini dan diajarkannya oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabatnya. Sebagaimana pula mereka telah menyelisihi kias yang lurus dan benar bahwasanya mencuci dua kaki lebih utama dan lebih bersih daripada sekedar mengusapnya. Dan bahwa mencuci itu lebih sesuai dan lebih dekat kepada makna hadis.

[1] حَدِيثُ عَائِشَةَ، تَفَرَّدَ بِهِ مُسۡلِمٌ. 
[2] رَوَاهُ الۡبُخَارِيُّ (٦٠) فِي الۡعِلۡمِ، (٩٦) بَابِ مَنۡ أَعَادَ الۡحَدِيثَ ثَلَاثًا لِيُفۡهَمَ مِنۡهُ، (١٦٣) فِي الۡوُضُوءِ. وَمُسۡلِمٌ (٢٤١) فِي الطَّهَارَةِ، وَرَوَاهُ أَيۡضًا أَبُو دَاوُدَ (٩٧) فِي الطَّهَارَةِ، وَالنَّسَائِيُّ (١/ ٧٧، ٧٨) فِي الطَّهَارَةِ.