Cari Blog Ini

SUFYAN ATS TSAURI

Nama lengkapnya adalah Sufyan bin Sa’id bin Masruq Abu Abdillah Ats-Tsauri. Beliau dilahirkan pada masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul Malik pada tahun 98 H. Di antara guru-guru beliau yang ternama adalah Abu Ishaq As-Sabi’i, Amr bin Murrah, Manshur bin Al-Mu’tamir, Al-A’masy, Hushain bin Abdurrahman, Ayyub As-Sikhtiyani, Yunus bin Ubaid, Sulaiman At-Taimi, Ashim Al-Ahwal, Amr bin Dinar, Abu Zinad dan masih banyak yang lainnya.

MURID-MURIDNYA


Sebagaimana ulama besar di zamannya, Sufyan mempunyai murid yang tersebar di berbagai penjuru negeri. Sebut saja Ma’mar bin Rasyid, Al-Auza’i, Muhammad bin Ajlan, Ibnu Juraij, Muhammad bin Ishaq, Malik, Syu’bah, Sufyan bin Uyainah, Zuhair bin Mu’awiyah, Hammad bin Salamah, Fudhail bin Iyadh, Zaidah bin Qudamah, Yahya bin Sa’id Al-Qaththan, Abdurrahman bin Mahdi, Waki’, Abdullah bin Al-Mubarak, Muhammad bin Yusuf Al-Firyabi, Abu Naim dan sederet ulama ternama yang lainnya.

Sufyan adalah seorang tokoh ulama kaum muslimin di masanya. Para ulama telah bersepakat tentang kepiawaiannya dalam agama. Ia juga dikenal mempunyai hafalan yang sangat kuat, sikap wara’ dan zuhud yang tinggi. Ia menghiasi kehidupan sehari-harinya dengan ibadah dan rasa takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Abdurrahman bin Mahdi menuturkan, “Aku belum pernah bergaul dengan seseorang yang lebih lembut hatinya daripada Sufyan Ats-Tsauri. Aku memerhatikannya malam demi malam selalu bangun dalam keadaan takut seraya mengatakan, ‘Neraka, neraka. Mengingat neraka menyibukkanku dari tidur dan syahwat.’”

Qabishah berkata, “Tidaklah aku bermajelis bersama Sufyan melainkan pasti aku ingat kematian. Aku belum pernah melihat seseorang yang lebih banyak mengingat kematian daripada Sufyan.”

Abu Khalid berkata, “Pada suatu malam, Sufyan pernah makan sampai kenyang. Lantas Sufyan mengatakan, ‘Sesungguhnya jika seekor keledai diberi tambahan makanan, niscaya kerjanya akan semakin giat.’ Maka Sufyan pun mengerjakan shalat sampai tiba waktu subuh.”

KEKUATAN HAFALANNYA


Sang pemilik kekuatan yang kokoh nan kuat dalam hapalan, begitulah kelebihan tokoh ulama kita kali ini. Hingga Yahya bin Sa’id Al-Qaththan menyatakan, “Sufyan lebih mengetahui hadits-hadits Al-A’masy daripada Al-A’masy sendiri.”

Hal ini pernah dibuktikan sendiri Zaidah bin Qudamah, ia berkata, “Kami pernah menemui Al-A’masy lalu meriwayatkan hadits darinya. Selang beberapa saat kemudian kami menemui Sufyan lalu membacakan hadits-hadits tersebut kepadanya. Maka Sufyan berkata, ‘Sebagian hadits-hadits ini bukan milik Al-A’masy.’ Kami pun mengatakan kepadanya, Al-A’masy baru saja menyampaikan hadits-hadits itu kepada kami.’ Sufyan berkata, ‘Jika kalian tidak percaya, pergilah kepada A’masy dan sampaikan kepadanya!’ Kami bergegas menemui Al-A’masy lalu kami ceritakan hal tersebut kepadanya. Al-A’masy berkata, ‘Sufyan benar.’” Akhirnya dia pun menghapusnya.

Pujian pun dilayangkan oleh ulama sekelas Abdurrahman bin Mahdi, ia berkata, “Semoga Allah merahmati engkau, wahai Abu Abdillah (Sufyan Ats-Tsauri). Jika engkau telah hafal sesuatu, maka aku tidak peduli siapa pun yang menyelisihimu.”

Yahya bin Ma’in berkata, “Siapa saja yang menyelisihi Sufyan, maka kebenaran pasti berada di pihak Sufyan.”

Dalam kesempatan lain, pernah ditanyakan kepada Yahya bin Ma’in, “Meskipun Syu’bah yang menyelisihinya?” Yahya pun menjawab, “Ya, meskipun Syu’bah.”

Bahkan Syu’bah sendiri pernah memujinya, “Tidaklah Sufyan menyampaikan sebuah hadits kepadaku dari seseorang, kemudian aku bertemu dengan orang tersebut dan menanyakan hadits itu kepadanya, melainkan pasti sebagaimana yang disampaikan oleh Sufyan.”

Sufyan sendiri pernah berkata, “Belum pernah qalbuku menghafal sesuatu lalu qalbuku mengkhianatinya.” Sufyan bin Ziyad pernah berkata kepada Yahya bin Al-Qaththan perihal sebuah hadits, “Wahai Abu Said! Ada empat perawi menyelisihimu.” Yahya berkata, “Siapa mereka?” Ia menjawab, “Zaidah, Syarik, Abul Ahwash dan Israil.” Maka Yahya mengatakan, “Seandainya empat ribu perawi semisal mereka, niscaya Sufyan lebih kuat hafalannya dari mereka.”

UNTAIAN NASIHAT SUFYAN AT TSAURI


Diriwayatkan dari Waki’ bahwa ia mendengar Sufyan mengatakan, “Bukanlah zuhud itu dengan makan makanan yang kasar dan mengenakan pakaian yang usang. Namun zuhud adalah pendek angan-angan dan menanti kematian.”

Yahya bin Yaman menuturkan bahwa ia pernah mendengar Sufyan berkata, “Harta adalah penyakitnya umat ini dan ulama adalah dokternya umat ini. Sehingga apabila seorang ulama mendatangkan penyakit tersebut untuk dirinya, maka kapan lagi ia bisa menyembuhkan umatnya?”

Ia juga mengatakan, “Kami tidak mengetahui ada sesuatu yang lebih utama daripada menuntut ilmu dengan niat yang benar.”

Al-Khuraibi mengatakan bahwa Sufyan pernah berkata, “Hati-hatilah dari kemurkaan Allah terhadap tiga perkara, waspadalah jangan sampai engkau meremehkan perintah-perintah-Nya, waspadalah jangan sampai Allah melihatmu dalam keadaan engkau tidak ridha terhadap pembagian-Nya kepadamu dan Engkau marah kepada Rabbmu karena kegagalan dalam mencari dunia.”

Dalam kesempatan yang lain Sufyan berkata, “Zuhud itu ada dua, yaitu zuhud yang wajib dan zuhud yang sunah. Adapun zuhud yang wajib adalah engkau meninggalkan sifat bangga diri, sombong, angkuh, riya dan sum’ah. Adapun zuhud yang sunah adalah meninggalkan perkara halal yang telah Allah berikan kepadamu.”

Sufyan meninggal pada tahun 161 H dalam usia enam puluh tiga tahun. Beliau meninggalkan seorang anak laki-laki. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala membalas jasa-jasa beliau dan melipatgandakan pahala di sisi-Nya. Amin ya Rabbal alamin.

Sumber: Majalah Qudwah edisi 19 vol.02 1435 H/ 2014 M, rubrik Biografi. Pemateri: Ustadz Abu Hafy Abdullah.